Foto nikah di Yogyakarta, karena saya asli Yogyakarta |
19 Juli 2009, ijab kabul dilangsungkan di Kantor KUA kecamatan Gamping, Yogyakarta. Terima kasih Ya Allah, telah engkau pertemukan hamba dengan jodoh hamba, seorang laki-laki penyabar, penyayang dan bijaksana. Kami terpaut kurang lebih 10 tahun dimana suami lebih tua dari saya. Perkenalan kami sebelum menikah kurang lebih 12 bulan, 9 bulan kenalan lalu suami saya melamar dan 3 bulan kemudian kami melangsungkan pernikahan. Asa dan harapan kami gantungkan kepadaMu ya Allah, coba pasrahkan semuanya kepadaMu, termasuk rizki, keturunan dan semuaNya, Engkau sang maha segalanya.
Memasuki usia pernikahan 1 tahun, kami masih mencoba menata rumah tangga kami, dimulai dengan kos satu kamar, Kami jalani dengan ikhlas dan terus terang saya cukup senang, karena saya bisa mengatur rumah tangga saya sendiri walaupun hanya sepetak kamar kos.
Memasuki usia pernikahan 2 tahun, kami masih menempati kamar kos itu, kami lalui dengan suka cita, dan alhamdulillah kami ada rezeki, kami bisa membeli 1 motor lagi. kata suami "untuk hadiah ulang tahun mu dek". Alhamdulillahirobbil'alamin, Ya Allah, engkau hadirkan suami yang begitu mengerti dan memahamiku, dan telah Engkau berikan rizki kepada keluarga kecil kami Ya Allah. Janganlah Engkau biarkan kami terlena dengan nikmatMu ini Ya Allah, bimbinglah keluarga kami untuk selalu pandai mensyukuri nikmatMu.
Usia pernikahan 3 tahun, kami mamantabkan hati untuk mengambil KPR perumahan di daerah Ungaran. Alhamdulillah sudah terlaksana dan rumah mungil dengan 1 kamar sudah bisa kami tempati di usia 3 tahun pernikahan. Sebenarnya sejak usia pernikahan kami 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun berjalan sudah mulailah muncul perasaan galau, gundah, bingung, berkecamuk di benak saya. Mengapa belum Engkau hadirkan keturunan di rumah tangga kami Ya Allah. Ketika kami kadang jalan-jalan di minggu pagi, betapa bahagia melihat keluarga yang juga berjalan-jalan bersama dengan buah hati mereka. ketika melihat posting-posting foto atau pun status baik di FB atau di media sosial lain, muncullah perasaaan iri, sedih, bahkan marah dan jengkel, mengapa aku belum dikaruniai keturunan. Kami sudah mencoba konsultasi ke dokter, kadang juga melalui alternative pijat dan minum jamu. Suami sayalah yang selalu dengan sabar, bijaksana dan tiada pernah bosan untuk memberikan semangat kepada saya untuk selalu ber-khusnudzon kepada Allah Ta'ala. " Allah maha mengatur segalanya, kita hanya sekedar menjalani dan Allah-lah yang menentukan. Tak lupa kita harus selalu berusaha dan berdo'a. Dan yakinlah, semua pasti indah pada waktunya". Kalimat itu yang selalu diucapkan suami saya ketika sedih menghampiri hatiku. Kalimat-kalimat penyemangat yang selalu suami sampaikan kepada saya agar jangan pernah berputus asa. Kita memang harus selalu sabar dan ikhlas menjalani kehidupan ini. Apapun yang terjadi di dunia, semua atas izin Allah. To be contineud...